TEORI BELAJAR KOGNITIF
Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mandiri
Mata
Kuliah
Teori-teori
Pembelajaran
Dosen: Drs. Sulaiman , M.MPd
Oleh:
Abdul
Muhid
(2011.13.882)
Sekolah
Tinggi Agama Islam
Bunga Bangsa Cirebon (STAI BBC)
Jl.
Widarasari III Tuparev-Cirebon Telp./Fax. (0231) 246215
e-mail : staibbc95@yahoo.co.id
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.Wr.Wb.
Puji dan syukur kehadirat Allah,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
tugas makalah mata kuliah “Teori-teori Pembelajaran” ini. Makalah ini dibuat
sebagai media untuk menambahkan wawasan pengetahuan demi tercapainya tujuan
pembelajaran.
Penyusunan makalah ini
dimaksudakan agar kedepannya kita tidak mengalami kesulitan dalam melakukan
perkuliahan mata kuliah Teori-teori Pembelajaran ini. Oleh karena itu, saya
berharap dengan pembahasan teori belajar kognitif ini memudahkan para pendidik
menguasai teori tersebut dalam proses pembelajaran.
Dalam penyusunan laporan
ini, kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, demi penyempurnaan makalah ini, saya
mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak.
Akhir kata, kami ucapkan
terimakasih kepada Bapak Dosen yang telah membimbing dan mengarahkan penulis,
serta rekan-rekan yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini.
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb.
Cirebon, 05 April 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
1.
Kata Pengantar.............................................................................................................. i
2.
Daftar Isi...................................................................................................................... ii
3.
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Masalah................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah............................................................................................ 1
4. Pembahasan
a. Pengertian Kognitif.................................................................................................. 2
b. Prinsip Dasar Teori
Kognitif.................................................................................... 3
c. Teori Belajar
Menurut Beberapa Pakar.................................................................... 4
d. Aplikasi Teori
Kognitif Dalam Pembelajaran.......................................................... 8
5. Penutup
a)
Kesimpulan..................................................................................................... 11
b)
Saran............................................................................................................... 12
6. Daftar pustaka............................................................................................................. 13
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pengatahuan
itu bukanlah merupakan salinan dari obyek dan juga bukan berbentuk kesadaran
apriori yang sudah ditetapkan didalam diri subyek, ia bentukan perseptual, oleh
pertukaran antara organisme dan lingkungan dari sudut tinjauan biologi antara
fikiran dan obyek menurut tinjauan kognitif. Piaget, dalam Bringuler, 1980,
hlm.110.
Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan
batasan kembali tentang kecerdasan pengetahuan dan hubungan anak didik dengan
lingkungannya. Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan yang membentuk
struktur yang diperlukan dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan.
Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif, waktu
masih bayi dan masa kanak-kanak awal dan menjadi objek dalam masa dewasa awal.
Perkembangan cara berfikir yang berlainan dari masa bayi
sampai usia dewasa meliputi tindakan dari bayi, pra operasi, operasi kongkrit
dan operasi formal. Proses dibentuknya setiap struktur yang lebih kompleks ini
adalah asimilasi dan akomodaasi, yang diatur oleh ekuilibrasi.
Piaget dari pandangan
yang lain, ia menguraikan pengalaman fisik atau pengetahuan eksogen, yang
merupakan abstraksi dan ciri-ciri dari obyek, pengalaman logis matematis atau
pengetahuan endogen disusun melalui reorganisasi proses pemikiran anak didik.
Struktur tindakan operasi kongkrit dan operasi formal dibangun dengan jalan
logis-matematis. Sumbangan bagi praktek pendidikan untuk karya-karya Piaget
mengenali pengetahuan yang disosiaalisasikan dari sudut pandang anak.
Implementasi kurikulum menjadi pelik oleh kenyataan bahwa teorinya tidak
memasukan hubungan antara berfikir logis dan pelajaran-pelajaran pokok seperti
membaca dan menulis.
B. Rumusan Masalah
a.
Pengertian Teori
Belajar Kognitif
b.
Prinsip dasar teori
Belajar Kognitif
c.
Teori Belajar Menurut Beberapa Pakar
d.
Aplikasi Teori
Kognitif Dalam Pembelajaran
C. Rumusan Masalah
a.
Apa Pengertian
teori Kognitif
b.
Sebutkan
prinsip-prinsip teori Belajar Kognitif
c.
Teori Belajar Menurut Beberapa Pakar
d.
Aplikasi Teori
Kognitif Dalam Pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian
Kognitif
Kognitif adalah salah satu ranah
dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual
yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention),
penerapan (application) analisa(analysis), sintesa(synthesis),
evaluasi(evaluation), kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan
untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Belajar adalah proses mental yang
aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Belajar menurut
teori kognitif adalah perceptual. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak
selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak.
Teori ini lebih menekankan kepada
proses belajar daripada hasil belajar. Bagi yang menganut aliran kognitivistik,
belajar tidak hanya melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Lebih dari
itu, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori
kognitivistik,ilmu pengetahuan dibangun
didalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Proses ini tidak hanya berjalan berpatah-patah, terpisah-pisah,
tetapi melalui proses mengalir, bersambung, dan menyeluruh.
Penganut psikologi kognitif
meyakini bahwa belajar dihasilkan dari proses mengorganisasi kembali persepsi
dan membentuk keterhubungan antara pengalaman yang baru dialami sesorang dan
yang sudah tersimpan di dalam benaknya.
Selain itu, dalam psikologi kognitif, manusia melakukan pengamatan secara
keseluruhan lebih dahulu, menganalisanya, lalu mensintesiskannya kembali. Teori
kognitif menekankan belajar sebagai proses internal dan belajar merupakan
aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Konsep-konsep
terpenting dalam teori kognitif selain perkembangan kognitif adalah adaptasi intelektual oleh
Jean Piaget, Discovery Learning oleh Jerom Bruner, dan Reception
Learning oleh Ausubel.
Teori kognitif lebih menekankan
bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang
dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik,
yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara
kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita
sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik, misalnya, seorang
guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus
memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasan materi pelajaran, pengetahuan
mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya. Akan tetapi
apa arti kognitif yang sebenarnya? Lalu apa perkembangan kognitif itu?
Jean
Piaget (1896-1980), seorang pakar pikologi swiss, teorinya memberikan banyak
konsep utama dalam psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan
konsep kecerdasan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata (memperoleh bagaimana seseorang mempersiapkan
lingkungannya) dalam tahapan –tahapan perkembangan dan saat seseorang
memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Ia mengatakan bahwa anak dapat membangun
secara aktif dunia kognitif mereka
sendiri. Dalam pandangan piaget, terdapat dua proses yang mendasari
perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian (adaptasi).
Kecenderungan bawaan setiap organisme untuk mengitegrasi proses-proses sendiri
menjadi sistem-sistem koheren. Adaptasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan
bawaan setiap organisme untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan keadaan
sosial. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, bukan teori
nativisme yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan
pengetahuan dan kemampuan bawaan. Teori kognitif berpendapat bahwa manusia membangun kemampuan kognitifnya melalui
tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.
Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan
informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi
terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Menurut teori kognitif, belajar
adalah perubahan persepsi dan pemahaman.
Belajar tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini
adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya.
Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut
teori ini, proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru
beradaptasi dengan struktur kognititif yang telah dimiliki oleh siswa.
B. Prinsip Dasar Teori Belajar
Kognitif
Prinsip kognitif banyak dipakai didunia pendidikan,
khususnya terlihat pada perancangan suatu sistem intruksional, prinsip-prinsip
tersebut antara lain sebagai berikut.
1.
Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami
sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika
tertentu.
2.
Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke
kompleks.
3.
Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan
hanya menghafal tanpa pengertian penyajian (http://dian75.wordpress.com/2010/29/teori-behaviorisme-kognitif-dan-konstruktivisme-serta-implikasi-ketiga
-teori-tersebut-dalam-pembelajaran)
Menurut Suprijono (2009: 22),
belajar dilihat dari perspektif kognitif
merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral tampak lebih
nyata hampir dalam setiap peristiwa belajar. Perilaku individu bukan semata-mata
respons terhadap yang ada, melainkan yang lebih penting karena dorongan mental
yang diatur oleh otaknya.
Jean Piaget dikenal
dengan teori perkembangan intelektual yg menyeluruh, yg mencerminkan adanya
kekuatan antara fungsi biologi & psikologis ( perkembangan jiwa). Piaget
menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap
lingkungan. Contoh : manusia tidak mempunyai mantel berbulu lembut untuk
melindunginya dari dingin; manusia tidak mempunyai kecepatan untuk lari dari
hewan pemangsa; manusia juga tidak mempunyai keahlian dalam memanjat pohon.
Tapi manusia memiliki kepandaian untuk memproduksi pakaian & kendaraan
untuk transportasi.
Faktor yang Berpengaruh dalam
Perkembangan Kognitif, yaitu :
1. Fisik
Interaksi antara
individu dan dunia luat merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak dengan
dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika
intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
v Kematangan
Kematangan sistem syaraf menjadi
penting karena memungkinkan anak memperoleh manfaat secara maksimum dari
pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan
kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi secara kognitif.
Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat
kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
2. Pengaruh Sosial
Lingkungan sosial
termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu atau
menghambat perkembangan struktur kognitif
Ø Proses pengaturan diri yang
disebut ekuilibrasi
Proses pengaturan
diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari individu dengan
lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan jasmani
yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun
baik.
C. Teori Belajar Menurut Beberapa
Pakar
1.
Piaget
Menurut
Piaget (Uno,2006;10-11), salah seorang penganut aliran kognitif yang kuat,
proses belajar sebenarnya terjadi dari tiga tahapan, yaitu asmilasi, akomodasi,
dan ekuilibrasi(penyeimbangan).
v Proses asimilasi
adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif
yang sudah ada dalam benak siswa.
v Proses akomodasi
adalah penyesuaian struktur kognitif
kedalam situasi yang baru.
v Proses ekulibrasi
adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Piaget berpendapat bahwa proses
belajar harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kognitif yang dilalui
siswa (Uno,2006:11). Tahapan tersebut dibagi menjadi empat tahapan, yaitu tahap
sensori motor, tahap pra-operasional, tahap operasional konkret, dan tahap
operasional formal.
Ø Tahap Sensori Motor
Pada tahap sensori motor (0-2
tahun), seorang anak belajar mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik dan
mental menjadi rangkaian perbuatan yang bermakna.
Ø Tahap
pra-operasional
Pada
tahap pra-operasional (2-7 tahun), seorang anak masih sangat dipengaruhi oleh
hal-hal khusus yang didapati dari pengalaman menggunakan indra sehingga ia
belum mampu untuk melihat hubungan-hubungan dan menyimpulkan sesuatu secara
konsisten.
Ø Tahap Operasional
Konkret
pada
tahap operasional konkret (7- 11 tahun), seorang anak dapat mmembuat kesimpulan
dari sesuatu pada situasi nyata atau dengan menggunakan benda konkret, dan
mampu mempertimbangkan dua aspek dari situasi nyata secara bersama-sama
(misalnya, antara bentuk dan ukuran).
Ø Tahap Operasional
Formal
pada
tahap operasional formal (11 tahun keatas), kegiatan kognitif seseorang tidak
mesti menggunakan benda nyata. Pada tahap ini, kemampuan menalar secara abstrak
mengikat sehingga seseorang mampu untuk berfikir secara deduktif. Pada tahap
ini pula, seseorang mampu mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu situasi
secara bersama-sama.
Umur yang dicantumkan pada setiap
tahap tadi adalah hasil penelitian Piaget dinegaranya. Meskipun
demikian, umur yang dicantumkan diatas bisa kita jadikan pedoman. Hal
lain yang perlu diperhatikan adalah
seorang siswa SMK yang sudah berada pada
tahap operasional formal sekalipun masih membutuhkan benda-benda nyata pada
saat belajar, terutama pada situasi yang masih baru.
Piaget juga berpendapat bahwa
perkembangan kognitif seorang siswa adalah melalui suatu proses asimilasi dan
akomodasi. Didalam pikiran seseorang, sudah terdapat struktur kognitif atau
kerangka kognitif yang disebut skema. Setiap orang akan selalu berusaha untuk
mencari suatu keseimbangan, kesesuaian, atau ekuilibrium antara apa yang baru
dialami (pengalaman barunya) dan apa
yang ada pada struktur kognitifnya. Jika pengalaman barunya adalah cocok atau
sesuai dengan yang tersimpan pada kerangka kognitifnya, proses asimilasi dapat
terjadi dengan mudah, dan keseimbangan (ekuilibrasi) tidak terganggu. Jika apa
yang tersimpan didalam kerangka kognitifnya tidak sesuai atau tidak cocok
dengan penglaman barunya, ketidaksetimbangan akan terjadi, dan anak akan
berusaha untuk menyeimbngkannya lagi. Dengan demikian, diperlukan proses
akomodasi. Dapat disimpulkan bahwa asimilasi adalah suatu proses tempat
informasi atau pengalaman yang baru mnyatukan diri kedalam kerangka kognitif
yang ada, sedangkan akomodasi adalah suatu proses perubahan atau pengembangan
kerangka kognitif yang ada agar sesuai dengan pengalaman baru yang dialaminya.
Sebagai contoh, perkalian dapat
diasimilasi sebagai penjumlahan berulang. Dengan diterimanya pengetahuan
tentang s kedalam kerangka kognitif siswa sebagai penjumlahan berulang, namun
juga telah berubah dengan adanya pengetahuan baru tentang perkalian.
Perubahan-perubahan pada struktur kognitif atau kerangka kognitif ini akan terus
terjadi sampai terjadi ekuilbibirium aatau keseimbangan. Proses asimilasi dan
akomodasi sering juga disebut dengna proses
adaptasi. Selama proses pembelajaran berlangsung, setiap siswa akan
terus menerus melakukan proses adaptasi intelektual ini sehingga pengetahuan
akan menjadi bertambah dan berubah.
Piaget juga mengemukakan bahwa
selain disebabkan oeh proses asimilasi dan akomodasi diatas, perkembangan
kognitif seorang anak juga dipengaruhi oleh kematangan dari otak system saraf
anak, interaksi anak dengan objek-objek disekitarnya (pengalaman fisik),
kegiatan mental anak dalam menghubungan pengalamannya, kerangka kognitifnya
(pengalaman fisik), kegiatan mental anak dalam menghubungkan pengalamannya
kerangka kognitifnya (pengalaman logico-mathematics), dan interaksi anak
dengan orang-orang disekitarnya.
Berdasarkan hal-hal yang dapat
mengmbangkan kemampuan kognitif seseorang diatas, para pengikut Piaget
menyatakan pentingnya kegiatan dalam proses belajar. Mereka meyakini bahwa
pengalaman belajar aktif cenderung meningkatkan perkembangan kognitif,
sedangkan pengalaman belajar pasif cnderung mempunyai akibat yang lebih sedikit
dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak. Aktif dalam arti bahwa siswa
melibatkan mentalnya selama memanipulasi benda-benda konkret.
2.
Bruner
Bruner mengusulkan teorinya yang
disebut Free Discovery Learning (Uno,2008:12). Menurut teori ini, proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya),
melalui contoh-contoh yang menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi
sumbernya. Siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum.
Misalnya, untuk memahami konsep kejujuran, siswa tidak menghafal definisi kata
kejujuran, tetapi mempelajari contoh-contoh konkret tentang kejujuran. Dari
contoh itulah, siswa dibimbing untuk mendefinisikan kata kejujuran.
Lawan pendekatan ini disebut
“belajar ekspositori” (belajar dengan cara menjelaskan). Dalam hal ini, siswa
diberi informasi umum untuk diminta menjelaskan informasi tersebut melalui
contoh-contoh khusus dan konkret. Dalam contoh diatas, siswa diberi definisi
tentang kejujuran dan dari definisi tersebut, siswa diminta untuk mencari
contoh-contoh konkret yang menggambaran makna kata tersebut. Proses belajar ini
berjalan secara deduktif (Uno,2008:13).
Selain itu, Burner mengemukakan
perlu adanya teori pembelajaran yang menjelaskan asas-asas untuk merancang
pembelajaran yang efektif dikelas. Menurut pandangan Burner (Uno,2008:13),
teori belajar bersifat deskriptif, sedangkan teori pembelajaran bersifat
preskriptif. Misalnya, teori belajar memprediksi berapa usia maksimum seorang
anak untuk belajar penjumlahan, sedangkan teori pembelajaran menguraikan bagaimana
cara-cara mengajarkan penjumlahan.
Menurut Burner, perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
ditetukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu sebagai berikut:
§ Tahap Enaktif
seseorang melakukan
aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Suatu
tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran yang bersifat abstrak dipelajari
siswa dengan menggunakan benda-benda konkret. Dengan demikian, topic
pembelajaran tersebut direpresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda
nyata.
§ Tahap Ikonik
suatu tahap pembelajaran ketika
materi pembelajaran yang bersifat abstrak, dipelajari siswa dengan menggunakan
ikon, gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan nyata dengan benda-benda
konkrett. Dengan demikian, topic pembelajaran yang bersifat abstrak ini telah
direpresentasikan atau diwujukan dalam bentuk benda-benda nyata yang dapat
diamati siswa, lalu direpresentasikan atau diwujudkan dalam gambar atau diagram
yang bersifat semi-konkret. Memahami dunia sekitar anak belajar melalui bentuk
perumpamaan (tampil) dan perbandingan (kompirasi).
§ Tahap Simbolik
seseorang telah
mampu memiliki ide-ide abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam
berbahasa dan berlogika. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep,
arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan (discovery Learning).
3.
David P.Ausubel
Pernahkan
anda mendapatkan seorang anak SD yang mampu berteriak-teriak,”Ini Budi”, tetapi
ia tidak tahu mana yang suku kata bu dan mana suku kata di.
Mungkin juga ada siswa sekolah menengah yang hafal rumus nilai akhir bunga
majemuk, namun tidak mampu menyelesaikan soal menentukan nilai akhir bunga
majemuk. Cara belajar dengan dengan membeo seperti yang telah dilakukan siswa
SD dan siswa sekolah menengah tersebut disebut dengan belajar hafalan (rote
learning) oleh Ausubel sebagaimana pernyataan yang dikutif Bell (1978:132)
berikut:”…,if the learner’s intention is to memorise is verbatim as a series
of arbitrily related word, both the learning process and the learnig outcome
must necessarily be rote and meaningless (jika seseorang,contohnya si siswa
tadi, berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal yang satu
dengan hal yang lain yang sudah diketahuinya, maka baik proses maupun hasil
pembelajarnya dapat dinyatakan sebagai hafalan dan tidak akan bermakna sama
sekali baginya.” Contoh lain yang dapat dikemukakan tentang belajar hafalan ini
adalah beberapa siswa yang dapat mengucapkan rumus suku kedalam suatu barisan
aritmatika dengan lancer, namun ia sama sekali tidak mengerti arti
lambing-lambang tersebut dan tidak dapat mengguakannya.
Kelemahan
lain belajar hafalan adalah seseorang kemungkinan besar tidak dapat menjawab
soal baru lainnya. Karena materi matematika bukanlah pengetahuan yang terpisah-pisah,
namun merupakan suatu pengetahuan yang utuh dan saling berkaitan antara yang
satu dan yang lainnya, setiap siswa harus menguasai beberapa konsep dan
keterampilan dasar terlebih dulu. Setelah itu, siswa harus mampu mengaitkan
antara pengetahuan yang baru dan pengatahuan yang sudah dipunyainya agar
terjadi suatu proses pembelajaran bermakna (meaningful learning.) karenanya,
Bell menyatakan hal berikut sebagaimana dikutip Orton (1987:34), “if Ihad to
reduce all of educational psychology to just one principle, I would say this:
The most important single factor
influencing learning is what the learner already knows. Ascertain this
and teach him accordingly. ”jelaslah bahwa pengetahuan yang sudah dimiliki
siswa akan sangat menentukan bermakna tidaknya suatu proses pembelajaran.
Belajar hafalan (rote learning) akan terjadi jika para siswa tidak mampu
mengaitkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang lama. Tugas gurulah
untuk memberikan kemudahan bagi para siswanya sehingga mereka dapat dengan mengaitkan
pengalaman atau pengetahuan barununya dengan pengetahuan yang relevan yang
sudah ada didalam pikirannya atau dalam struktur kognitifnya. Belajar seperti
itulah yang diharapkan dapat terjadi dikelas-kelas di Indonsia, belajar
bermakna yang telah digagaskan David P.Ausubel.
D.Aplikasi
Teori Kognitif dalam Pembelajaran
Aplikasi
teori belajar kognitif dalam pembelajarannya adalah sebagai berikut.
1) Guru harus memahami
bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berfikirnya.
2)
Guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika
tertentu dari sederhana ke kompleks.
3)
Guru menciptakan pembelajaran yang bermakna.
4) Guru memperhatikan
perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa (http://dian75.wordpress.com/2010/07/29/teori
-behavioristisme-kognitif-dan-konstruktivisme-serta-implikasi-ketiga-teori-tersebut-dalam-pembelajaran).
Masih
dalam sumber yang sama, Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada
pendidikan, yaitu sebagao berikut:
1.Memusatkan
perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada
hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada
hasil tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan
memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap
pendekatan yang di gunakan untuk samapai
pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi
memberikan pengalaman yang dimaksud.
2.Mengutamakan
peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan
belajar. Dalam kelas, piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready
made knowledge) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui
interaksi spontan dengan lingkungan.
3.Memaklumi
akan adanya perbedaan individu dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget
mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang
sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena
itu, guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas didalam kertas yang
terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa
daripada aktivitas dalam bentuk klasikal.
4.Menggunakan
peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran
gagasan-gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walalupun
penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat
disimulasi.
Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam
Pembelajaran, adalah :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa.
Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berfikir anak
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi
lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru
tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap
perkembangannya.
Di dalam kelas,
anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan
teman-temanya.
Inti dari implementasi teori
Piaget dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut :
1. Memfokuskan pada proses berfikir
atau proses mental anak tidak sekedar pada produknya. Di samping kebenaran
jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai
pada jawaban tersebut.
2. Pengenalan dan pengakuan atas peranan
anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam
kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget penyajian materi jadi (ready made)
tidak diberi penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya
sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
3. Tidak menekankan pada praktek - praktek
yang diarahkan untuk menjadikan
anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
4. Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan
perkembangan, teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui
urutan perkembangan yang sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang
berbeda.
Berikut contoh pelaksanaan pembelajaraan
menurut teori kognitif berikut ini dalam mata pelajaran Matematika disebuah SMK
nonteknik.
1.Guru
matematika SMK nonteknik berusaha agar
pengetahuan siswanya utuh, tidak terpisah-pisah. Artinya, pegetahuan yang satu
terkait dengan pengetahuan yang lain. Sebagai contoh, konsep integral harus
terkait dengan konsep turunan.
2.Agar
lebih bermakna, pengetahuan yang baru diajarkan dihubungkan dengan situasi
nyata. Misalnya, guru dapat menghubungkan himpunan kosong dengan buku kosong,
yang satu tidak mempunyai anggota, yang satunya lagi blum ada tulisan
didalamnya.
3.Pembelajaran
Matematika di SMK nonteknik dimulai dari benda konkret, semi-konkret, baru ke abstrak.
Guru Matematika di SMK nonteknik menyadari bahwa siswa yang sudah berada pada
tahap operasional formal sekalipun akan lebih mudah mempelajari Matematika jika
dimulai dari sesuatu yang konkret ataupun yang bisa dipikirkan siswa. Misalnya,
konsep turunan yang dimulai dari konsep kecepatan.
4.Pada
taraf tertentu, guru menggunakan alat peraga tertentu, seperti model-model bangun ruang ketika
membahas materi dimensi tiga.
5.Guru
mengajar matematika dari hal yang mudah/sederhana ke yang sedang, kemudian ke
yang sukar/rumit. Hal yang mudah/sederhana lebih gampang untuk dicerna oleh
siswa. Dengan demikian, hal-hal yang sukar/rumit bisa diasimilasikan dengan
mudah kedalam rangka kognitif yang sudah ada dibenaknya. Sebagai contoh, guru
meminta siswa untuk menghitung 11+13+15…+19 dengan berbagai cara sebelum ia
membahas rumus umumnya.
6.Kesalahan
yang sudah terbentuk didalam benak siswa sangat sukar untuk diperbaiki,
diperlukan proses akomodasi untuk memperbaikinya. Oleh karena itu, hanya memberitahu saja bahwa
ia salah adalah tidak cukup. Guru pertama kali harus memberikan contoh-contoh
dan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mayakinkan siswa bahwa ia salah. Setelah
itu, guru mendiagnosis kesalahan siswanya. Berdasarkan hasil diagnosis itulah
oerbaikan dapat dilakukan (http://dian75.wordpress.com/2010/07/29/teori-behaviorisme-kognitif-dan-konstruktivisme-serta-implikasi-ketiga-teori-tersebut-dalam
pmebelajaran/)
BAB III
a)
KESIMPULAN
Jean Piaget
(1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun
secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Teori Jean Piaget tentang perkembangan
kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan
hubungan anak didik dengan lingkungannya. Seorang guru diharuskan memiliki
kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan
intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara
mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.
Jean Piaget dikenal
dengan teori perkembangan intelektual yg menyeluruh, yg mencerminkan adanya
kekuatan antara fungsi biologi & psikologis. Bayi lahir dengan refleks
bawaan, skema dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang
lebih kompleks. Pada masa kanak-kanak , anak belum mempunyai konsepsi tentang
objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan indranya.
Anak telah dapat mengetahui symbol-simbol matematis, tetapi belum dapat
menghadapi hal-hal yang abstrak (tak berwujud).
Menurut Piaget, inteligensi dapat
dilihat dari 3 perspektif berbeda :
1. Struktur 2. Isi 3. Fungsi
Menurut Piaget
seperti yang dikutip Woolfolk (2009) perkembangan kognitif dipengaruhi
oleh maturasi (kematangan), aktivitas dan transmisi sosial. Maturasi
atau kematangan berkaitan dengan perubahan biologis yang terprogram secara
genetik.
Implementasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaran adalah :
Bahasa dan cara berfikir anak
berbeda dengan orang dewasa, Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat
menghadapi lingkungan dengan baik, bahan yang harus dipelajari anak hendaknya
dirasakan baru tetapi tidak asing, berikan peluang agar anak belajar sesuai
tahap perkembangannya dan di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang
untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Perbandingan kritik terhadap teori
PIAGET dan teori lainnya, diantara lain :
No.
|
Teori Piaget
|
Teori lainnya
|
1.
2.
3.
|
periode operasional konkrit
(usia 7–11 tahun)
mayoritas anak mencapai formal
pada akhir masa kanak-kanak
terlalu meremehkan kemampuan
anak - anak kecil dan terlalu menilai tinggi kemampuan anak-anak yang lebih
tua
|
McGarrigle dan Donalson (1974)
menyatakan bahwa anak sudah mampu memahami konservasi (conservation) dalam
usia yang lebih muda daripada usia yang diyakini oleh Piaget
Balillargeon dan De Vos (1991)
Mayoritas anak-anak itu memang
belum mencapai tahap operasional formal
Tidak meremehkan kemampuan anak
- anak kecil dan tidak menilai tinggi kemampuan anak-anak yang lebih tua
|
b)
SARAN
Meski demikian penyusun menghaturkan bahwa dalam penyusunan
pokok bahasan teori belajar kognitif dan teori-teori belajar diatas akan
efektif dan efisien untuk diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi peserta
didik.
Dan penyusun mengharap saran dan kritik untuk penyempurnaan
makalah ini, dan semoga makalah yang kami buat bernilai manfaat kaitannya
dengan pemahaman kita mengenai teori belajar kognitif.
DAFTAR PUSTAKA
Margaret E. Bell Gredler, Belajar
dan Membelajarkan, CV Rajawali Universitas Terbuka, 1991
Wikipedia, VALMBAND, Latar Belakang Jean Piaget, arthachristianti.wordpress.com, Pembelajaran Guru, Berbagai Bahan Terkait Model-Model Pembelajaran
By Gina F & Balya Hulaimy,
Ibid., hlm. 28
Anita Woolfolk, Educational
Psychology, Active Learning Edition, Bagian Pertama, Edisi Bahasa
Indonesia. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar : 2009) hlm. 49-50
Santrock, op. cit., hlm 38-44
Jamaris. Op. Cit., hlm. 37
Anita Woolfolk. Educational
Psychology. Edisi Bahasa Indonesia. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) hlm. 51